ChatGPT Bikin Gambar Ala Ghibli, Tapi Bikin GPU OpenAI ‘Meleleh’
Info Menarik Internet
Dalam beberapa hari terakhir, media sosial diramaikan oleh tren pembuatan gambar bergaya Studio Ghibli menggunakan fitur generator gambar terbaru dari ChatGPT. Lonjakan permintaan ini menyebabkan infrastruktur OpenAl, perusahaan di balik ChatGPT, mengalami kewalahan. CEO OpenAI, Sam Altman, mengungkapkan bahwa tingginya permintaan pengguna untuk membuat gambar dengan fitur tersebut mengakibatkan GPU di server OpenAl "meleleh". Sebagai respons, OpenAl menetapkan batasan sementara pada jumlah permintaan dan menunda peluncuran fitur ini untuk pengguna gratis.
Fitur image generator baru di ChatGPT memanfaatkan model GPT-40, memungkinkan pengguna mengunggah foto dan mengubahnya menjadi ilustrasi dengan gaya khas Studio Ghibli. Pengguna cukup memasukkan perintah seperti "Turn this image into Studio Ghibli version" atau "Make this photo look like a scene from a Ghibli movie", dan ChatGPT akan memproses foto tersebut menjadi gambar bergaya anime dengan warna pastel lembut dan nuansa magis yang khas.
Namun, fitur ini menimbulkan kekhawatiran terkait pelanggaran hak cipta. Studio Ghibli, yang didirikan oleh Hayao Miyazaki, dikenal memiliki gaya visual unik yang dilindungi hak cipta. Penggunaan Al untuk meniru gaya ini tanpa izin memicu perdebatan tentang batasan etika dan legalitas dalam seni yang dihasilkan oleh Al. Miyazaki sendiri pernah mengkritik keras seni buatan Al, menyebutnya sebagai "penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri".
Selain itu, beberapa platform Al lainnya, seperti Grok 3, tetap melayani permintaan serupa, sementara platform lain seperti Claude 3.5 Haiku memberikan hasil yang kurang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi Al semakin canggih, masih terdapat perbedaan dalam kemampuan dan kebijakan masing-masing platform dalam menangani permintaan pengguna terkait gaya seni tertentu.
Kontroversi ini menyoroti perlunya keseimbangan antara inovasi teknologi dan penghormatan terhadap hak cipta serta etika seni. Perusahaan teknologi diharapkan lebih berhati-hati dalam menyeimbangkan inovasi dengan perlindungan hak cipta dan etika seni, serta mempertimbangkan dampak dari teknologi yang mereka kembangkan terhadap industri kreatif dan para seniman.